Posts

Tentang Buku, Penulis dan Sang Editor

Suatu hari, di sebuah perpustakaan, seseorang duduk disudut ruangannya sambil terus menatap layar komputer yang ada dihadapannya. Jam sudah menunjukkan pukul 08.00 malam, lampu ruangan sudah mati, hanya menyisakan lampu belajar di masing-masing bilik belajar di perpustakaan tersebut. Belakangan diketahui seseorang tersebut adalah seorang penulis. Di bilik paling ujung ruangan ia terus menatap karyanya; sebuah buku biografi tentang dirinya. Buku yang berisi banyak tentang dirinya, bagaimana ia menjalani kehidupan, setiap bab dalam bukunya berisi tentang sebuah kisah yang diselingi oleh bagaimana karakter dan prinsipnya bekerja dalam menghadapi setiap masalah. Setiap bab dalam buku tersebut selalu berlanjut, ia mengambil semua pembelajaran dari bab sebelum-sebelumnya dan mencoba memperbaiki di bab selanjutnya. Buku yang unik, tapi ia tidak cukup percaya diri bahwa buku nya akan dilirik oleh editor untuk mengkoreksi bagian-bagian di dalamnya. Penulis itu sadar bahwa ia hanyalah seorang pe...

Andai Aku Sebuah Buku (poetry edition)

Andai saja aku adalah sebuah buku Aku ingin dibaca dengan penuh ketertarikan oleh editorku Aku ingin diperbaiki apabila ada kalimat-kalimat yang rumpang dari paragrafku Aku ingin diajak berdiskusi tentang bagaimana cara agar kalimat-kalimatku indah Aku mengizinkan ia untuk mengubah hal-hal kecil dari buku ku,  selama tidak mengubah penuh buku ku hingga menjadi seperti karangannya Karena aku ingin editorku tahu bahwa ada keunikan dan karakter dalam setiap bab yang aku tulis disana Banyak harapanku untuk sang editor Meski sekarang aku terlalu takut untuk membuat ceritaku sendiri Aku takut editorku nanti tidak menyukai ceritanya Tapi setiap hari aku selalu mencoba meyakinkan diriku sendiri bahwa ceritaku unik Setiap hari aku mencoba percaya bahwa akan ada editor yang cocok dengan karyaku Setiap hari juga aku selalu mencoba percaya bahwa editorku nanti akan sepaham dengan apa yang aku tulis Meski tidak akan sepenuhnya sepaham,  tapi aku mau mendengarkan bagaimana masukannya tentan...

Kita dan Satuan Kita

"Beranalogi hadir karena kita belajar tentang hal kecil di sekitar kita." Satu hari, seorang gadis berjalan disebuah mall di dekat rumahnya. Layaknya mall, di sana menjual berbagai macam kebutuhan, dari kebutuhan primer hingga kebutuhan sekunder; mulai dari ikan segar yang dijual di hypermart hingga kain sasirangan sebagai oleh-oleh dari Kalimantan. Gadis itu niatnya memang ingin membeli kebutuhan rumah yang sudah mulai habis, untuk menghemat waktu ia memilih untuk pergi ke mall agar ia tidak perlu pergi terlalu jauh untuk melengkapi kebutuhan-kebutuhan yang ia cari. Tujuan pertamanya adalah hypermart, ia pergi ke bagian penjualan buah berniat membeli buah alpukat untuk dirinya. "Bunda, aku mau nya buah jeruk satu meter." Ucapan seorang anak kecil berhasil mengalihkan perhatian gadis tadi. Gadis itu tersenyum, anak itu sangat polos.  "Kalo buah itu pake kilo, bukan pake meter nak," ucap sang ibu sambil memilih-milih alpukat yang ia beli. "Ohh, yaudah,...

Kenapa Aku Lelah menjadi Pasangannya...

Kita adalah hasil pencampuran warna. Semakin hari, semakin belajar, semakin kita mengenal orang-orang baru, warna kita berubah secara dinamis. Kadang setelah kita belajar sesuatu atau bertemu dengan orang baru warna kita menjadi lebih terang atau lebih gelap, warna kita berubah sesuai dengan persepsi kita dalam melihat kehidupan. Namun meskipun kita memiliki warna yang berubah secara dinamis, kita tetap memiliki warna dasar dalam kehidupan kita; warna dasar itu disebut prinsip hidup. Layaknya kita yang memliki warna kita sendiri hasil dari belajar dan mempresepsikan, pasangan kita pun memiliki warnanya sendiri hasil dari belajar dan bagaimana ia mempresepsikan kehidupannya. Pasangan kita juga memiliki warna dasarnya sendiri. Ketika memulai sebuah hubungan, antar-dua manusia akan mulai menyatukan dua warna dasarnya. Disebuah kejadian, diceritakan warna hitam bertemu dengan warna putih. Perkenalan mereka terasa sangat sederhana, bak jatuh cinta pandangan pertama, hitam melihat putih seba...

Tuhan Tidak Bermain Dadu

Siapa yang tidak mengenal Albert Einstein? Seorang fisikawan yang kejeniusannya sudah terkenal sejagat alam raya ini. Belakangan aku cukup kaget karena dibalik kejeniusan yang selama ini dikenal orang lain, -bagiku- ia juga cukup religius, dalam sebuah kutipan yang aku baca di quora, Einstein pernah berkata "Tuhan Tidak Bermain Dadu"  kalimat sederhana penuh arti luas. Eintein menjelaskan bahwa alam semesta tercipta dengan keteraturannya, dengan penjelasan-penjelasan ilmiahnya, dengan alasan-alasan yang Tuhan ciptakan atas apapun yang sudah Ia biarkan terjadi. Aku setuju dengan pernyataan Einstein, Tuhan tidak sedang bermain dadu atas apapun yang sudah Ia ciptakan. Kadang kala kita terlalu berisik dan selalu mempertanyakan "kenapa hidupku buruk?" atau "kenapa Tuhan menciptakan aku dengan takdir yang buruk?" Padahal, Tuhan tidak pernah bermain-main atas kehidupan hamba-Nya. Sebuah ceramah yang pernah aku dengar pernah mengatakan, "bahkan untuk sehelai ...

Hubungan Kita Sudah Lama...

Disarankan membaca blog ini sambil mendengarkan lagu  Niki - Lose Beberapa saat yang lalu, seorang sahabat curhat kepadaku tentang hubungannya; cerita ini ditulis berdasarkan persetujuaannya. Sebagai teman juga sahabat yang baik sebisanya aku mendengarkan tentang curhatannya. Kira-kita jika aku bisa ambil garis besarnya, ceritanya begini: "Pav, aku baru putus setelah tiga tahun pacaran. Akhir-akhir ini hubunganku kaya hambar, kami hanya berkomunikasi seperlunya. Dia selalu bilang 'kita sudah tiga tahun bersama, kita sudah sangat saling kenal, keluarga kita saling kenal, aku ga mungkin macam-macam dibelakang kamu' jujur aku percaya kata-kata itu. Jujur tiga tahun aku mengenalnya, aku tahu betul prinsipnya dia tidak akan main dibelakangku. Tapi entah kenapa perasaanku mulai hilang, aku sudah mencoba komunikasi tentang apa yang aku alami dan bagaimana aku ingin dia menjadi seperti yang aku mau. Sayangnya aku merasa tidak ada perubahan dalam dirinya, tidak ada yang berubah. Se...

Diinginkan atau dibutuhkan?

Dua tahun lalu seseorang menanyakan kepadaku, "Pavita, lebih pilih menjadi perempuan yang diinginkan atau dibutuhkan oleh laki-laki?" Aku sempat berpikir saat itu, lalu aku menjawab, "lebih baik menjadi perempuan yang diinginkan oleh laki-laki dibanding menjadi perempuan yang dibutuhkan." Tanpa ditanya alasannya aku menjelaskan, "Laki-laki itu selalu mencoba untuk mendapatkan apa yang iainginkan sekalipun ia sudah mendapatkan apa yang ia butuhkan. Terlalu rawan posisi perempuan ketika ia menjadi yang dibutuhkan tapi tidak diinginkan oleh laki-lakinya, laki-laki  akan mencoba mendapatkan apa yang ia inginkan." Kiranya dua tahun aku berpikiran seperti itu, Aku harus menjadi yang diinginkan laki-laki, agar aku tidak tergantikan.  Sedikit naif tapi aku memegang prinsip itu dua tahun lamanya. Suatu hari, beberapa bulan yang lalu aku menanyakan hal serupa kepada laki-laki -aku tahu pemikiran laki-laki dan perempuan akan beda tentunya. Benar saja, ia menjawab ...